Berkunjung ke Markas Scotland Yard di London



1992: Berfoto di depan Markas Besar New Scotland Yard di London, Inggris, November 1992. FOTO: DOKUMENTASI KOMPAS/ROBERT ADHI KUSUMAPUTRA


Sekali mengayuh, tiga pulau terlampaui. Setelah mengikuti Sidang Umum ICPO-Interpol di Dakar, Senegal, tahun 1992 dan berkunjung ke Markas Besar ICPO-Interpol di Lyon, Perancis, rombongan Polri yang dipimpin Mayjen Pol IGM Putera Astaman, Deputi Kapolri Bidang Operasi, melanjutkan perjalanan ke London, Inggris. Tujuan utama adalah ke markas New Scotland Yard atau Kepolisian Metropolitan London (semacam Polda Metro Jaya).

Bagi saya, perjalanan di penghujung tahun 1992 betul-betul perjalanan dengan pengalaman luar biasa, meliput Sidang Umum Interpol, mendatangi Markas Besar Interpol di Lyon, Perancis dan Markas Besar New Scotland Yard di London, Inggris. 

Kalau mengingat hal ini, saya sungguh bersyukur bisa menjadi wartawan Kompas.   Saya merasakan kunjungan ke markas Scotland Yard ini menjadi pengalaman dahsyat tak terlupakan.


Sejak remaja dan di bangku kuliah, saya sebetulnya sudah akrab dengan nama Scotland Yard, terutama dari fiksi kriminal “Sherlock Homes” karya Arthur Conan Doyle dan novel-novel kriminal karya Agatha Christie. Detektif-detektif Scotland Yard sudah dikenal sejak dahulu kala sebagai detektif hebat.

Ketika tiba di London, Pak Putera menghubungi pihak KBRI di London dan mengutarakan maksud kunjungan delegasi Polri itu. Seorang staf KBRI mengatakan bahwa tidak semua orang bisa masuk markas Scotland Yard. Pak Putera dengan tenang menjelaskan bahwa dia mengajak juga satu orang "staf khusus" dalam rombongan Polri. Tentu saja maksud Pak Putera Astaman baik. Ia ingin agar saya juga bisa ikut masuk ke dalam markas itu.  

Markas baru New Scotland Yard yang kami kunjungi tahun 1992 berlokasi di kawasan Victoria di pusat kota London. Di kawasan ini terdapat Victoria Station, Victoria Street, Buckingham Palace Road, dan sejumlah bangunan komersial.

Saat berada di dalam markas New Scotland Yard, sayangnya kami dilarang mengambil foto. Saya ingat pada waktu itu Pak Putera menanyakan tentang respon polisi London jika ada telepon masuk yang menginformasikan terjadinya aksi kejahatan. Petugas Kepolisian Metropolitan London menjawab bahwa mereka butuh sekitar tiga menit untuk tiba di TKP (tempat kejadian perkara). Kalau tak salah ingat, tekan nomor 999, tiga menit polisi sudah berada di rumah penelepon, siap memberi bantuan. 

Sebelumnya nomor Scotland Yard adalah 1212 yang diperkenalkan tahun 1934 untuk urusan darurat dan non-darurat. Tahun 1937, nomor 999 diperkenalkan untuk urusan darurat. Saat ini nomor 999 tetap digunakan untuk urusan darurat yang membutuhkan bantuan polisi secepatnya, sedangkan nomor 101 digunakan untuk menghubungi polisi untuk urusan non-darurat. Demikianlah Scotland Yard melayani rakyat London.

Tiga menit langsung ke TKP. Itulah sebenarnya obsesi Pak Putera Astaman. Bagaimana agar Polri dapat melakukan hal yang sama? Pada tahun 1992, organisasi Polri masih di bawah ABRI, sehingga segala sesuatunya tak bisa diputuskan dengan cepat. Saya tidak tahu bagaimana kondisi Polri saat ini (2013) karena saya sudah lama tidak memantau perkembangan Polri. Namun menurut saya, sudah selayaknya Polri setelah lepas dari ABRI, dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Salah satunya dengan respon cepat atas laporan masyarakat seperti dilakukan Scotland Yard atau Kepolisian Metropolitan London.

Berikut ini tulisan panjang tentang Scotland Yard yang dimuat di Harian Kompas, 21 Februari 1993. Sebagian bahan diperoleh dari hasil kunjungan, sebagian dari dari referensi buku "The Scotland Yard Files - 150 Years of The CID 1842-1992" karya Paul Begg dan Keith Skinner. Buku ini saya beli di sebuah toko buku yang besar, luas, lengkap di London pada waktu itu.
 




 PERJALANAN PANJANG DETEKTIF SCOTLAND YARD

 Pengantar Redaksi

KEMASYHURAN Scotland Yard dikenal sejak lebih satu abad silam, terutama karena reputasi para detektifnya menangani berbagai kasus. Wartawan Kompas Robert Adhi Ksp yang mengunjungi Markas Besar Polisi Metropolitan London, New Scotland Yard di Inggris akhir tahun lalu, menuliskan laporannya tentang sejarah dan perkembangan detektif Scotland Yard, dilengkapi sejumlah kasus besar yang pernah ditangani. Sebagian bahan tulisan didukung sejumlah buku tentang Scotland Yard. 


ENTAH siapa yang berani membantah kemasyhuran detektif Scotland Yard, yang memang sudah dikenal di seluruh dunia lebih dari satu abad silam. Mereka acapkali jadi tokoh utama cerita serial di buku-buku, televisi, radio dan film, yang berkaitan dengan misteri pembunuhan.

Tapi disebut-sebutnya nama Scotland Yard dalam berbagai cerita detektif, mengesankan seolah-olah Scotland Yard hanyalah polisi detektif Inggris. Anggapan itu tidak tepat karena Scotland Yard sebenarnya merupakan nama Markas Besar Polisi Metropolitan London di Inggris.

Pada kenyataannya, detektif atau reserse adalah anggota Criminal Investigation Department (CID). Departemen ini hanyalah salah satu bagian dari Scotland Yard yang mengurus perkara kriminal, setara dengan bagian atau departemen lain yang mengurus lalu lintas, administrasi, organisasi dan sekretariat. Tapi, harus diakui, anggota CID inilah yang membuat nama Scotland Yard menjadi termashyur di seluruh dunia karena reputasi mereka menangani berbagai kasus besar (baca: Dari Jack The Ripper sampai Pemboman Harrods). 

CID dirintis sejak 150 tahun silam dengan pembentukan Departemen Detektif yang terdiri dari regu kecil beranggotakan delapan orang. Departemen CID merupakan cabang dari Polisi Metropolitan London yang diprakarsai Menteri Dalam Negeri Sir Robert Peel tahun 1829, yang lalu dikenal sebagai The New Police karena Polisi Metropolitan London kini jadi lebih terorganisir.

Namun secara resmi CID didirikan tahun 1878, setelah Scotland Yard diguncang skandal besar yang melibatkan empat detektif senior mereka tahun 1877. Departemen Detektif mengalami perombakan besar- besaran. Sir Howard Vincent menjadi Direktur pertama CID Scotland Yard. Pembentukan CID baru ini memberi para detektif status yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

                                                            ***

PADA awalnya, para detektif bekerja dengan sumber daya yang sangat terbatas, di mana tak ada kantor yang mencatat masalah kriminal, tak ada sistem sidik jari, serta transportasi dan komunikasi masih lambat.

Dekade 1880-an merupakan dekade buruk bagi Scotland Yard dan CID. Skandal besar Scotland Yard yang melibatkan empat detektif senior, teror  Jack the Ripper yang tak terpecahkan, gelombang pemboman kelompok Fenian, antara lain yang mengguncang Scotland Yard.

Namun pada dekade 1890-an, Scotland Yard mulai bangkit. Perkembangan ilmu pengetahuan juga ikut mengubah semua bidang kehidupan dan pekerjaan CID. Ketika mobil -- yang baru dikenal sekitar 1890 -- mulai mendukung kecepatan kerja mereka, kasus-kasus penipuan pun semakin canggih dan merepotkan. Tapi, sekitar waktu itu pula, penyelidikan oleh detektif dengan spesialisasi, bantuan ilmu pengetahuan dalam seni deteksi dengan  penemuan tes darah Bordet, sistem antropometrik Bertillon dan sistem  sidik jari Galton, juga mulai diterapkan.

Scotland Yard juga melakukan perubahan lain. Markas Polisi Metropolitan London pindah ke gedung baru yang lebih impresif, rancangan Norman Shaw. Sejak itu Markas Besar Polisi Metropolitan London dikenal sebagai New Scotland Yard.

Perkembangan iptek ikut memainkan peranan dalam deteksi kejahatan. New Scotland Yard -- tetap kita sebut Scotland Yard saja -- membentuk biro-biro khusus seperti biro sidik jari yang kemudian berganti jadi ì kantor catatan kriminal (criminal record office). Korban pertama sistem ini adalah penjahat Harry Jackson, pencuri profesional.

Penggunaan bantuan forensik, latihan berbagai penyelidikan kejahatan oleh CID juga mulai meningkat, terutama untuk menangani kasus-kasus ì pembunuhan, sehingga Scotland Yard membentuk Murder Squad.

Pergantian abad, ikut menampilkan inovasi teknologi. Peningkatan ì produksi kendaraan bermesin seusai Perang Dunia I tidak hanya membuka peluang bagi aksi kejahatan, tapi juga menciptakan jenis-jenis kejahatan baru, seperti smash and grab. Penjahat memecahkan kaca toko-toko perhiasan, menguras isinya, lalu kabur dengan mobil. Kejadian-kejadian ini membuat polisi terkejut karena saat itu polisi hanya dapat mengejar dengan berjalan kaki dan tidak memiliki banyak kendaraan.

Perkembangan baru ini dilihat sebagai hal yang menantang CID, yang kemudian membentuk Flying Squad, seksi baru dengan mobilitas tinggi karena punya kendaraan. Awal musim panas tahun 1920, Polisi Metropolitan membeli dua kendaraan RAF Crossley untuk berpatroli di wilayah utara dan selatan Sungai Thames. Dua tahun kemudian, komunikasi wireless dipasang di kendaraan polisi. Mobil van juga diganti dengan mobil Lee-Francis.

Pembentukan Flying Squad merupakan cerminan pertumbuhan pesat kepolisian dan kesiapan mengadaptasi perubahan sosial dan tingkah laku penjahat.

Pergantian abad juga diwarnai dengan munculnya kelab malam, penyalahgunaan narkotika, dan kejahatan terorganisasi. Awal dekade abad ini juga menjadi saksi meningkatnya kasus penipuan, perampokan toko perhiasan, dan pembunuhan.

Perkembangan teknologi membuat polisi harus cepat mengadopsi kemajuan ilmu dan pengetahuan. Dari sistem sidik jari, fotografi, motorisasi, telegraf dan radio, hingga keahlian lain seperti balistik yang diperkenalkan Robert Churchill, dan forensik yang disodorkan Bernard Spilsbury, merupakan buktinya.

Masih dalam konteks merespons perkembangan, tahun 1902, Sir Edward Henry membangun sebuah sekolah latihan untuk para detektif. Lima tahun kemudian (1907), Sekolah Latihan Polisi pertama didirikan di Peel House, Westminster, sebagai jawaban atas kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan kejahatan.

                                                                ***

DALAM perjalanannya, Scotland Yard juga menghadapi masalah internal dari soal skandal suap, korupsi, sampai pemogokan. Jangan dikira soal gaji kecil tidak jadi masalah bagi Scotland Yard pada masa itu. Meskipun sekarang sudah berubah, namun pantas dicatat pada tahun 1919, polisi melakukan pemogokan. Waktu itu polisi bekerja melebihi jam kerja dengan imbalan gaji rendah. Inspektur John Syme terlibat dalam pemogokan, dan ditindak karena dituduh melanggar disiplin.

Menjamurnya kelab malam yang menjadi gaya hidup baru di London pada tahun 1924, menimbulkan ekses bagi polisi, karena sering digunakan ì sebagai tempat prostitusi, perjudian dan transaksi narkotika dalam jumlah besar. Setelah Perang Dunia I usai, sekitar 200 kelab malam didirikan di kawasan West End, sebagian besar milik orang asing.

Gara-gara kelab malam inilah, skandal Goddard mengguncang Scotland ì Yard tahun 1928. Ini berawal ketika Scotland Yard mendapat surat kaleng yang menyebutkan, beberapa pemilik kelab malam membayar uang suap kepada Sersan Goddard yang bertugas di stasiun polisi di Vine Street.

Inspektur Frederick Wensley menyelidiki laporan itu dan berhasil membongkar skandal  itu. Selain menerima 6 pound gaji setiap minggu (tahun 1928), ia diketahui memiliki rumah senilai 2.000 pound, mobil Chrysler, simpanan ì uang 12.000 pound, dan investasi di sejumlah perusahaan.

Perdagangan gelap narkotika dan kejahatan terorganisir menjadi masalah baru bagi CID sekitar tahun 1939. Tidak ada peningkatan gaji pokok dalam 20 tahun terakhir, membuat beberapa detektif terlibat skandal kejahatan yang menghasilkan banyak uang, dan bekerja sama dengan kelompok penjahat.

Selama periode tahun 1919-1939, seharusnya gaji polisi Metropolitan naik tiga kali. Kondisi buruk ini akhirnya menyebabkan sejumlah polisi tak tahan godaan. Namun ini bukanlah maksud untuk memaafkan mengapa polisi melakukan korupsi. Seorang polisi yang melakukan hal itu dinilai paling jelek dibandingkan dengan seorang penjahat sekalipun.

Meskipun banyak orang menyadari jumlah polisi yang korup relatif sedikit untuk ukuran Polisi Metropolitan London dan lebih banyak polisi yang jujur, bekerja keras melacak kasus dan menghadapi mara bahaya, namun keberadaan korupsi dalam tubuh polisi bisa membuat masyarakat tidak percaya pada penegak hukum. Tidak ada kepastian hukum karena polisi bisa disogok.

                                                         ***
SELAMA Perang Dunia Kedua, pasar-pasar gelap mulai menjamur dan seusai perang beberapa pembunuhan brutal terjadi. Demikian pula penipuan skala besar pada tahun 1946, yang menyebabkan dibentuknya The Fraud Squad. Sebagian besar kejahatan itu terjadi sebagai akibat perang dan konsekuensi pasar gelap.

Sejumlah geng kecil bermunculan di London dan terorganisir rapi. Mereka membajak truk-truk lori yang membawa barang kebutuhan hidup dalam jumlah besar. Geng-geng ini membuat Polisi Metropolitan sakit kepala.

Untuk membasmi mereka, Yard membentuk Ghost Squad -- sebuah pasukan khusus rahasia yang menyusup ke dalam geng-geng penjahat. Tahun 1960-an, London didominasi geng-geng, antara lain Kray dan Richardsons, seperti yang dialami Chicago tahun 1920-an. Kejahatan narkotika dan pornografi juga merajalela, serta gerakan gerilyawan kota Irish Republican Army (IRA) mulai aktif lagi melakukan pemboman.

Sebagai hasilnya, pekerjaan detektif kian bertambah dan makin khusus. The Dirty Squad dibentuk untuk membersihkan pornografi, The Drug Squad dikembangkan untuk mengatasi kejahatan narkotika, The Bomb Squad -- yang kini dikenal dengan nama The Anti Terrorist Squad -- dibentuk untuk menanggulangi terorisme.

Perkembangan geng saat ini menunjukkan peningkatan pada masyarakat imigran, seperti Kelompok Triads Cina. Pentolan Triads, Wo Sing Wo, Sui Fong dan 14K dari Hongkong kini pindah ke London dan kota-kota di Inggris lainnya, sebagai persiapan kembalinya Hongkong ke RRC tahun 1997.

Untuk mengantisipasi aksi grup-grup ini yang melakukan pengedaran narkotika di dan melalui daratan Eropa, Scotland Yard dengan Unit Intelijens Cina di Pusat West End melakukan kerja sama dengan Interpol.

Narkotika, penipuan, sindikat kejahatan internasional, semuanya tidak dikenal para detektif pada awal 1800-an. Namun kini mereka harus cepat menambah kemampuan investigasi mereka untuk menyelidiki kasus-kasus tersebut.

Pekerjaan detektif mengalami perubahan dalam menangani pembunuhan, teroris dan pencurian. Kasus-kasus seperti ini juga ditangani detektif Scotland Yard, sejak detektif ada pada tahun 1842, meski dengan metode sangat sederhana.

Tahun 1870-an dan 1880-an, CID berhubungan dengan anarkis dan teroris Fenian. Sampai sekarang pun masyarakat Inggris masih menghadapi terorisme. Tahun 1911, CID melakukan pengepungan di Jalan Sydney untuk membebaskan sandera. Tahun 1970-an dan 1980-an, masyarakat Inggris juga masih menyaksikan pengepungan di Jalan Balcombe dan Kedubes Iran di London.

Inggris mungkin masih beruntung. Walaupun trend kejahatan menunjukkan tanda bahaya, pada kenyataannya masyarakat Inggris menikmati tingkat kejahatan yang rendah dibandingkan dengan negara- negara maju lain termasuk Belanda, Jerman, Australia dan Kanada.

Paul Begg dan Keith Skinner yang menulis buku sejarah CID The Scotland Yard Files : 150 Years of the CID yang diterbitkan tahun 1992 menyatakan, statistik kejahatan sulit diinterpretasi. Perbandingan tingkat pembunuhan saat ini dengan pembunuhan di abad ke-19 memberikan gambaran Inggris masih lebih aman sebagai tempat tinggal. Sekitar 12,5 pembunuhan per satu juta penduduk terjadi pada tahun 1989. Angka itu ternyata hampir sama dengan angka pembunuhan tahun 1857, tahun di mana jumlah kejahatan mulai dicatat.

                                                               ***

DARI awal yang tidak menjanjikan, CID tumbuh dan berkembang menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai detektif Scotland Yard dengan reputasi dan keterampilan piawai dalam membongkar kasus kejahatan dan menangkap penjahat.

Tidak ada negara lain yang bisa menjadikan angkatan kepolisian suatu lambang kebanggaan nasional sedemikian besarnya, kecuali Inggris dengan Scotland Yard-nya, tulis Robert Reiner dalam bukunya The Rise and the Fall of the Police Legitimacy (1986).

Sebutan "bobby" -- sebutan untuk polisi Inggris -- diambil dari nama panggilan Sir Robert Peel. Dia adalah perintis adanya lembaga kepolisian di Inggris. Dari rintisan si "Bobby" ini, sampailah masa keemasan polisi Scotland Yard, menjelang tahun 1950-an. Saat itu, polisi tidak saja diterima, tetapi diperlakukan sebagai orang penting oleh masyarakat.

Kunci khusus yang dimiliki Scotland Yard dan menyebabkan polisi-polisi di seluruh dunia iri hati, adalah masyarakat Inggris menghormati polisi mereka seperti halnya menghormati ratu mereka. Polisi dan masyarakat bekerja sama melawan kejahatan. Keyakinan polisi bahwa mereka akan mendapat bantuan masyarakat hanya mungkin kalau masyarakat percaya pada polisi.

Setelah melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Scotland Yard tampaknya sudah mengatasi perlawanan berat terhadap kehadiran mereka menjelang tahun-tahun awal abad ini, yang diwarnai dengan skandal suap, korupsi dan kurangnya peralatan. Kini, dengan dukungan teknologi canggih dan kesejahteraan yang memadai, Polisi Metropolitan London New Scotland Yard telah menjadi kebanggaan masyarakat Inggris. (KOMPAS Minggu, 21 Februari 1993   Halaman 2)


====================================================

Kiliping tulisan tentang Scotland Yard di Harian Kompas Minggu 21 Februari 1993


DARI JACK THE RIPPER SAMPAI PEMBOMAN HARRODS 



TIDAK selamanya Scotland Yard sukses. Adakalanya ia mengalami kegagalan. Berikut adalah berbagai kasus besar yang ditangani Scotland Yard sepanjang usinya yang 150 tahun.

Perampokan di Kereta Api Pertama (1855)

Perampokan kereta api di Inggris, pertama kali terjadi tahun 1855. Waktu itu tanggal 15 Mei. Tiga kotak besar berisi batangan emas dibawa ke Kereta Api Folkestone, untuk kemudian dipindahkan ke atas kapal menuju Boulogne, Perancis. Kotak-kotak itu diikat dengan lempengan besi, disegel dan ditutup rapat, dimasukkan lagi ke dalam kotak besi pengaman yang dikunci tiga lapis.

Ketika penguasa KA Perancis mencek kotak pengaman itu di Boulogne, ternyata kotak sudah terbuka dan isinya batangan emas senilai 20.000 poundsterling lenyap. Tak seorang pun mengerti kapan dan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Misteri ini baru terpecahkan setahun kemudian. Perampokan direncanakan William Pierce yang mencetak tiket KA. Ia dibantu Ted Agar, pencuri profesional, dan James Burgess yang sering ditugaskan mengawal KA. Pengawal inilah yang memberikan gambaran detil situasi di KA. Perampokan dilakukan selama KA berjalan.

Dalam prakteknya, mereka membutuhkan dua set kunci untuk membuka kotak. Mereka membuat kunci duplikat dan menyelidiki nama kapal yang akan membawa batangan emas ke tujuan berikutnya. Ketika nama sudah diketahui, perampokan pun dilakukan. Teknik perampokan dilakukan dengan memanfaatkan ahli pembuat kunci duplikat. Jadi, kunci-kunci kotak itu dibuat dulu duplikatnya untuk memudahkan aksi. Setelah penjaga dilumpuhkan, mereka lebih mudah meraup batangan emas itu.

Untuk menjualnya, Pierce dan Agar terpaksa mencairkan batangan emas itu jadi bentuk-bentuk kecil. Sebagian dijual kepada pria bernama James Sanward dan seorang pandai besi.

Kasus ini dapat terbongkar, kala 12 bulan kemudian Agar ditangkap ì dan dihukum karena kasus lain. Ia minta tolong pada Pierce untuk ì menyerahkan uang 15.000 pound kepada istri dan anak-anaknya untuk biaya hidup selama ia dipenjara. Namun Pierce menggunakan uang itu untuk ì dirinya sendiri.

Mengetahui kelakuan Pierce, Agar sangat berang. Ia membongkar kasus perampokan KA kepada pihak berwajib. Perampokan batangan emas di KA akhirnya diungkap Inspektur Kepala Thornton bersama Sersan Tanner, Williamson dan Henry Smith.

Pemboman oleh Kelompok Fenian (1880-an)
Tanggal 14 Januari 1881, sebuah bom meledak di barak Salford. Menteri Dalam Negeri menyatakan pemboman itu dilakukan kelompok Fenian. CID dipimpin Sir Howard Vincent membentuk Biro Irlandia (Irish Bureau) khusus menangani kasus-kasus pemboman.

Biro Irlandia dan penyelidik pemerintah menghadapi pekerjaan sulit karena kelompok Fenian -- seperti kelompok IRA sekarang -- menanam bom di tempat-tempat umum. Seperti yang terjadi pada Oktober 1883, bom meledak di Stasiun Charing Cross. Para detektif Scotland Yard menerima surat kaleng berisi ancaman peledakan terhadap gedung- gedung umum dengan dengan dinamit. Januari 1885, bom meledak lagi di White Tower di kompleks Tower of London.

Jack The Ripper (1888)
Teror Jack the Ripper dimulai tahun 1888 di jalan-jalan di kawasan East End di London. Dr Robert Anderson, Asisten Komisioner CID yakin korban pertama Jack The Ripper adalah Martha Tabram. Ia ditemukan terbaring di lantai pertama gedung George Yard pada 7 Agustus 1888 dengan 39 tikaman di sekujur tubuh.

Tapi ada pendapat lain yang menyebutkan Mary Ann Nichols korban pertama Ripper. Mary ditemukan tewas pada 31 Agustus di Buck's Row. Lehernya sudah terpotong. Seminggu kemudian, Annie Chapman ditemukan tak bernyawa di Jalan Hanbury 29. Polisi tak ragu lagi, Mary dan Annie dibunuh orang yang sama. Pembunuhan dua wanita dalam seminggu membuat pers dan masyarakat tersentak.

Teror rupanya berkelanjutan. Dua wanita lagi ditemukan tewas di tempat terpisah dalam waktu satu jam pada 30 September 1888. Elizabeth Stride ditemukan tak bernyawa di Jalan Berner 40. Ia seorang pekerja sosial Yahudi. Lehernya terpotong dan darah muncrat menempel di tembok. Sejam kemudian, polisi menemukan mayat Catharine Eddowers di Mitre Square.

Sebulan berlalu, ketika penduduk London mulai sedikit lega, Ripper kembali menggegerkan London. Marry Kelly, gadis cantik ditemukan tak bernyawa pada 9 November di kamarnya di 13 Miller's Court di Dorset Street. Oleh polisi, Kelly dinyatakan sebagai korban terakhir Jack the Ripper. Semua korbannya terpotong, kecuali Stride.

Siapa Jack the Ripper sebenarnya? Banyak pendapat spekulatif yang diungkapkan. Ada yang bilang, Ripper adalah Pangeran Albert Victor, cucu Ratu Victoria, tapi alibinya ia tak berada di London saat pembunuhan terjadi.

Suatu bahasan yang dipresentasikan di Scotland Yard pada 1894 menyebut tiga nama, Montagne John Druitt, Michael Ostrog dan Kosminski. Namun Inspektur Kepala Donald Swanson dan Robert Anderson dari Yard yakin, tak seorang pun dari ketiga nama itu adalah Jack the Ripper.

Identitas Jack The Ripper hingga kini masih misterius. Banyak buku ditulis, mengutarakan berbagai teori kemungkinan siapa Jack The Ripper, dan itu menarik perhatian jutaan orang di dunia. Surat kabar The New York Times bahkan menulis, "London memiliki detektif terbodoh di dunia." Namun Scotland Yard menyatakan, kasus Jack The Ripper sama penting dan sama besarnya dengan Skandal Besar Scotland Yard dan gelombang pemboman Fenian.

Studi tentang Ripper masih dilakukan. Bahkan saat ini, 100 tahun setelah kejadian, masih sering diperdebatkan siapa sebenarnya Jack The Ripper.

Penipuan Balfour (1892)
Kasus penipuan (fraud) di Inggris mulai jadi mode pada akhir 1800-an. Salah satunya dilakukan Jabez Spencer Balfour, pengusaha sukses dan orang terhormat di London. Tahun 1870, ketika usianya 27 tahun, Balfour sudah menjadi Managing Director Liberator Building Society, perusahaan yang membangun banyak gedung, pelopor pembangunan flat-flat blok (Whitehall Court) dan hotel-hotel kembar di London. Balfour jadi anggota Parlemen tahun 1880 dan Walikota Croydon tahun 1883. Singkatnya, ia orang yang dihormati di London, juga seorang pemuka agama dan pengusaha yang punya country estate di Oxfordshire.

Namun Liberator Buiding Society mengalami guncangan dan krisis keuangan, yang mencapai puncaknya tahun 1892 ketika perusahaan raksasa itu bangkrut. Utangnya senilai 7 juta poundsterling, sebagian besar uang itu diperoleh Balfour dari penabung-penabung yang menginvestasikan uang mereka ke dalam perusahaan yang kemudian ternyata tidak sehat.
Balfour melarikan diri ke Argentina dan detektif Scotland Yard butuh waktu dua tahun untuk bisa meringkusnya. Inspektur Frank Froest membawanya kembali ke Inggris dan Balfour dihukum 14 tahun penjara.

Kasus Crippen (1910)
Hawley Harvey Crippen merupakan salah satu pembunuh terkejam. Kasusnya diawali dengan pernyataan Crippen bahwa istrinya, Cora dalam keadaan kritis di Amerika karena sakit dan akhirnya meninggal dunia, 24 Maret 1910. Mingguan Era menulis obituarinya.

Namun beberapa teman Cora curiga, dan pada 31 Maret kecurigaan ini dilaporkan ke New Scotland Yard. Inspektur Walter Dew mulai menyelidikinya. Dew ke tempat tinggal Hawley, berjumpa dengan teman wanitanya, Ethel Le Neve. Kemudian Dew menemui Crippen di kantornya di New Oxfort Street, dan mereka makan malam bersama di restoran Italia. Di sana Hawley berterus terang, cerita kematian istrinya bohong belaka.

Perkawinannya hancur dan Cora ke Amerika, hidup dengan pacar lamanya Bruce Miller.
Menurut Hawley, kisah kematian Cora diumumkannya kepada pers untuk melindungi reputasinya, menyelamatkan dirinya dari gosip perkawinannya yang gagal. Senin berikutnya, Inspektur Dew mengunjungi lagi rumah Hawley, namun ia dan Le Neve sudah menghilang.
Bukti baru didapatkan. Dew menemukan mayat seorang wanita -- yang belakangan diketahui sebagai Cora Crippen -- yang disimpan di ruang bawah tanah rumah. Ternyata Hawley berselingkuh dengan sekretarisnya, Le Neve. Cora tak suka hal itu, sehingga Hawley membunuhnya.

Pada 20 Juli 1910, Crippen dan Le Neve kabur ke Quebec, Kanada. Dua hari kemudian, kapten kapal yang membawa mereka berlayar mengirim pesan radio ke polisi bahwa Crippen dan Le Neve ada di kapalnya. Minggu berikutnya, Inspektur Dew dari Yard berlayar ke Kanada dan menangkap dua insan itu di Father Point, Kanada.

Pemboman Harrods (1983)
Gelombang pemboman oleh tentara separatis IRA membuat Scotland Yard terus menerus waspada. Salah satu peristiwa pemboman yang membuat beberapa polisi tewas dan cedera adalah pemboman Harrods pada 17 Desember 1983. Empat puluh menit sebelumnya, ada telepon dari seorang pria beraksen Irlandia bahwa pertokoan Littlewoods dan Harrods akan diledakkan. Sebuah mobil Austins di Hans Crescent dekat Harrods juga dipasangi bom.

Ancaman itu jadi kenyataan. Hampir seratus orang cedera, beberapa di antaranya luka berat. Kopral Gordon kehilangan dua kaki dan satu lengannya. Sersan Noel Lane dan Polwan Jane Arbuthnot, serta seorang wartawan dan dua wanita tewas. Inspektur Stephen Dodd juga akhirnya meninggal akibat luka-luka yang dideritanya. (KOMPAS Minggu, 21 Februari 1993   Halaman 2)

Komentar